Perkutut (Foto: www.glocalmagz.files.wordpress.com)
Perkutut 
Berbicara mengenai Perkutut Katuranggan biasanya dikaitkan dengan Perkutut Lokal yang diyakini mempunyai kekuatan gaib atau supranatural/yoni menurut kepercayaan orang-orang tua kita sejak beratus-ratus tahun terutama pada masyarakat tradisi Jawa dan bukan Perkutut Silang atau sering dikenal Perkutut Bangkok yang banyak kita lihat dan pelihara saat ini yang diyakini sudah tidak lagi memiliki kekuatan gaib sesuai dengan alam pikiran masyarakat modern. Sehingga Perkutut Katuranggan sering disebut burung alam gaib yang bisa memberikan rezeki, kebahagiaan dan ketenteraman rumah tangga, pangkat dan jabatan, dll.
Kebiasaan menikmati bunyi suaranya anggungan perkutut yang indah ini dimulai sejak zaman Majapahit dan memang burung yang satu ini pada waktu itu biasanya hanya dipelihara oleh kalangan ningrat kerajaan yang semakin dikembangkan pada saat keraton Ngayogjakarta Hadiningrat dibawah Sri Sultan Hamnegku Buwono VII pada tahun 1877-1921.
Perkutut juga diyakini sebagai bilangan ke-lima dari kelengkapan seorang Priya sejati yang sempurna dalam tradisi Jawa yang berlatar kebudayaan keraton yaitu ; Wisma (rumah), Garwa (Istri), Curiga (Keris), Turangga (Kuda) dan Kukila (Perkutut). Perkutut merupakan alat pencipta kepuasan atau kenikmatan pribadi. Suara anggungannya dan keindahan fisiknya dapat memberikan suasana tenang, teduh, santai bahagia dan seolah-olah manusia dapat berhubungan dengan alam semesta secara langsung.
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada awal tulisan ini, perkutut memiliki keistimewaan luar biasa karena dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi pemiliknya berdasarkan ” Katuranggan ” yang dipercaya memiliki titisan darah gaib, juga berdasarkan ” Ciri mathi ” adalah ramalan dalam hubungan bentuk atau sifat tertentu seekor perkutut, sehingga dipercaya memiliki pengaruh baik (membawa keberuntungan/rezeki, ketenteraman rumah tangga, pangkat, dlsb.) atau buruk (membawa sial atau mala petaka) bagi pemilik atau si pemelihara tersebut.
Untuk mengetahui baik tidaknya seekor perkutut, dapat ditilik berdasarkan katuranggan dan ciri mathi berupa ciri fisik seperti bentuk tubuh, bulu, paruh, kaki dan juga sifat, perilaku serta pada saat berbunyi/manggung yang dapat dijelaskan sebagai berikut/seperti di bawah ini.
Perkutut Katuranggan atau Primbon antara lain :
Perkutut Songgo Ratu: perkutut ini dipercaya sebagai titisan seorang putra Raja Bali di zaman Majapahit yang dikejar-kejar musuhnya dan melarikan diri sampai ke Desa Tutul di Blambangan, Banyuwangi dan mati terbunuh, kemudian berubah menjadi Perkutut yang diberi nama Perkutut Songgo Ratu.. Perkutut ini berciri khas di kepalanya ada jambul semacam mahkota berwarna putih. Sifatnya juga seperti ningrat yang tidak suka berkeliaran, hidupnya hanya di tempat yang sepi seperti didalam goa atau di pekuburan. Perkutut ini kuat menahan lapar dan haus sampai beberapa hari, tidurnya selalu ditempat yang paling tinggi dibanding perkutut lainnya. Mempunyai wibawa yang sangat besar, shingga perkutut yang berada didekatnya tidak akan berani bersuara/bunyi. Ciri-ciri fisiknya yang lain adalah, kaki dan paruhnya berwarna hitam. Bulunya agak kehitam-hitaman. Perkutut yang mempunyai yoni yang besar, biasanya jarang berbunyi dan suaranya relatif juga kecil, demikian pula perkutut yang satu ini. Perkutut ini bisa untuk menolak santet/ilmu hitam, melancarkan rezeki dan mempunyai kewibawaan yang tinggi bagi pemiliknya.
* Perkutut Lurah: dilihat dari corak warna perkutut, sepintas dapat dilihat persamaan tersamar dengan ular, dimana keduanya mempunyai lurik yang hampir sama. Perkutut mempunyai bulu dada yang warnanya lebih terang, bahkan keputih-putihan, begitu juga dengan ular. Perkutut Lurah ini tinggal dihutan makannya disuapi atau dibawakan makanan oleh perkutut yang lain yang menjadi anak buahnya. Biasanya perkutut ini dipelihara oleh atasan atau pemimpin yang mempunyai kedudukan, karena perkutut ini mempunyai yoni kewibawaan yang luar biasa dan mendatangkan rezeki yang berlimpah.
* Perkutut Putih: perkutut ini merupakan primadona yang banyak dikejar-kejar orang, sebab selain sangat langka, perkutut putih ini diyakini bisa mendatangkan kekayaan bagi si pemilik atau si pemeliharanya. Warna bulunya seluruhnya putih, matanya merah, paruh kelabu kemerahan, kaki merah bergaris-garis hitam dan kuku berwarna putih. Perkutut ini biasanya dahulu hanya dimiliki oleh para Raja atau pemimpin. Perkutut ini juga diyakini dari hasil perkawinan In breed yaitu antar saudara sekandung yang berlangsung beberapa generasi sekitar 5 sampai 10 tahun lamanya. Jadi perkutut putih belum tentu anak-anaknya adalah putih, tetapi perkutut biasa yang membawa darah putih pada suatu ketika akan mempunyai keturunan berbulu putih. Konon karena langkanya biasanya sebelum dimiliki seseorang, perkutut putih datang lewat mimpi dengan rupa orang yang sudah tua, berambut serta berjenggot putih.
* Perkutut Hitam atau Kol Buntet: seluruh bulunya hitam legam yang dianggap rajanya perkutut, kalau dipelihara akan memberikan keberuntungan.
* Di samping itu masih ada beberapa jenis perkutut Katuranggan antara lain ; Perkutut berekor 15 lembar ( Pendawa Mijil ), Perkutut berwarna tepung tumpeng atau disebut juga Perkutut Daring Kebak/Tembus, Perkutut Udan Emas, Perkutut bermata merah dan kuning ( Mercu Jiwa ), Perkutut Rondo Semoyo, dll. yang kesemuanya mempunyai yoni sendiri-sendiri antara lain untuk nolak santet dan ketenteraman keluarga ( Tepung Tumpeng ), untuk kewibawaan ( Pendawa Mijil dan Mercu Jiwa yang kewibawaannya besar ), kelancaran berdagang ( Rondo Semoyo ). Jadi dapat dibayangkan jika kita mempunyai seekor perkutut berwarna Tepung Tumpeng, matanya merah atau kuning dan ekornya berjumlah 15 lembar, maka jelas dan pasti perkutut ini adalah perkutut bagus dan langka serta mahal harganya.
Jenis Perkutut
Perkutut (Geopelia striata) banyak hidup di hutan-hutan dataran rendah. Sebagai burung yang masuk dalam suku Columbidae, perkutut mempunyai banyak kerabat dekat seperti peragam dan punai yang tersebar luas di seluruh dunia. Namun, khusus jenis perkutut penyebarannya hanya terbatas dari Semenanjung Malaya sampai Australia.
Di Indonesia jenis perkutut cukup banyak. Penghobi membedakan perkutut yang ada sesuai dengan daerah asalnya, misalnya perkutut Sumatera, perkutut Jawa, perkutut Bali, dan perkutut Nusa Tenggara. Khusus untuk di Jawa, masih dibedakan lagi sesuai dengan asal daerah yang selama ini dikenal sebagai daerah penghasil perkutut berkualitas, misalnya perkutut Pajajaran, perkutut Mataram, perkutut Majapahit, perkutut Tuban, dan perkutut Madura.
Di Jawa dulunya perkutut banyak dijumpai di daerah bersemak terbuka yang kering atau di pinggiran hutan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Bahkan, dulu perkutut juga sering dijumpai mencari makan di ladang atau persawahan.
Umumnya perkutut hidup dan mencari makan secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Burung-burung ini biasanya makan di atas permukaan tanah. Tidak jarang ditemukan perkutut yang sedang minum secara bersamaan pada sumber air.
Karena tidak mudah terganggu dengan kehadiran manusia dan bisa didekati dalam jarak beberapa meter, perkutut dikenal sebagai burung yang agak jinak. Bila merasa terancam, burung ini akan terbang cepat dan berhenti dalam jarak yang pendek atau bertengger di atas pohon yang tidak jauh dari tempat asalnya.
Di alam bebas perkembang biakan perkutut tidak sebaik di breeding farm. Di alam bebas perkutut hanya bertelur dua sampai tiga kali setahun yang terjadi pada bulan Januari-September. Musim berbiak ditandai dengan pembuatan sarang oleh sepasang perkutut yang sedang berahi. Bentuk sarang agak datar dan tipis. Bagian bawah sarang dibuat dari kumpulan ranting yang agak kasar, sedangkan bagian atasnya dilapisi daun rerumputan kering atau serabut yang lebih halus. sarang umumnya diletakkan pada pohon atau semak yang tidak terlalu tinggi dari permukaan tanah.
Beberapa hari setelah sarang jadi, perkutut betina akan bertelur sebanyak dua butir. Telur ini berwarna putih dengan bentuk oval. Ukuran telur kurang lebih 22 X 17mm. Telur akan dierami secara bergantian oleh kedua induk selama kurang lebih dua minggu, setelah itu telur menetas. Anak perkutut yang baru menetas tampak berwarna merah, tidak mempunyai bulu, dan matanya masih tertutup. Pada saat seperti ini anakan masih memerlukan kehangatan dari tubuh induknya. Oleh karena itu, induk akan mengeraminya sampai tumbuhnya bulu (sekitar umur dua minggu).
Anakan perkutut yang baru menetas oleh induknya diberi makan berupa susu yang dihasilkan oleh tembolok induknya. Proses penyusuan ini berjalan sesuai dengan naluri alamiah burung. Anak yang belum bisa melihat tersebut menyentuh-nyentuhkan paruhnya ke arah mulut induknya. Setelah mengena, anakan tersebut akan memasukkan kepalanya di tenggorokan induknya. Proses inilah yang dinamakan menyusu. Bersamaan masuknya kepala si anak ke tenggorokan induk, si induk akan memuntahkan isi tembolok yang berupa cairan dan langsung masuk ke mulut si anak. Proses penyusuan ini biasanya berlangsung sampai si anak keluar bulu atau sudah bisa terbang.
Perkutut tangkapan hutan yang telah lama dipelihara orang lazim disebut perkutut lokal. Perkutut tersebut biasanya sudah pandai manggung, tetapi sayang sulit diternak. Kendalanya perkutut lokal sangat lamban atau tidak mudah berkembang biak. Upaya menyilangkan induk jantan perkutut lokal dengan induk betina perkutut Bangkok juga lambat atau tidak selancar perkutut Bangkok murni. Akhirnya banyak yang memilih indukan jantan maupun betina perkutut Bangkok murni karena lebih efektif .
Perkutut-perkutut lokal tersebut sebenarnya dalam hal suara tidak terlalu berbeda jauh walaupun masing-masing mempunyai ciri khas. Perkutut dari satu daerah mempunyai perbedaan dengan perkutut dari daerah lain, tetapi perbedaannya tidak begitu mencolok. Bahkan, dalam hal ukuran atau berat badan hampir tidak berbeda. Perkutut tergolong dalam kelompok burung kecil (betina 19-21 cm dan jantan 20-24 cm) dengan berat antara 60-70 gram.
Warna tubuh didominasi dengan warna cokelat dengan ekor agak panjang. Warna pada bagian kepala abu-abu dengan bagian belakang kecokelatan. Leher dan bagian sisinya bergaris halus. Bagian punggung berwarna cokelat dengan tepi-tepi bulu berwarna hitam. Bulu sisi terluar pada ekor berwarna agak kehitaman dan pada bagian ujungnya putih.
Iris (selaput pelangi mata) abu-abu agak kebiruan, paruh abu-abu, dan kaki merah jambu. Warna lain yang menjadi ciri khas perkutut adalah bulu pada punggung sayap, sisi leher, dada, dan bagian sisi badan berwarna cokelat agak keabu-abuan.
Jenis perkutut lokal semakin hari semakin kurang diminati oleh penggemar perkutut terhadap suara yang semakin meningkat. Sekarang ini penggemar perkutut menuntut suara yang lebih bagus. Artinya, penggemar perkutut sekarang bukan hanya berpatokan pada munculnya suara depan, tengah, dan belakang saja, melainkan lebih berkembang lagi pada tarikan suara depan yang panjang, tekanan suara, bersihnya suara, dan sebagainya. Tambahan tuntutan tersebut jelas tidak bisa di peroleh dari burung tangkapan alam atau lokal, sebab umumnya suara burung lokal ringan dan datar. Oleh karena itu, tanpa disadari orang harus beralih pada perkutut hasil silangan. Hanya dengan cara silangan penggemar bisa memperoleh suara perkutut sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan cara silangan inilah akhirnya penggemar perkutut di tanah air minded dengan perkutut keturunan asal Bangkok (silsilah keturunan). Perkutut asal Bangkok tersebut umunya mempunyai kualitas suara yang bisa diandalkan, baik pada irama dan tekanan suara (depan, tengah, dan belakang) maupun powernya. Hal itu tidak lepas dari kepiawaian dari penangkar di sana yang memang diakui cukup ahli dalam soal silang-menyilang perkutut.
Memilih Bakalan Perkutut
Membeli perkutut memang tidak seperti membeli jenis burung lainnya. Dalam memilih perkutut, selain perlu ketelatenan juga butuh kejelian agar tidak kecewa di kemudian hari. Sebelum membeli perkutut ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Pertama, kalau bakalan tersebut untuk konkurs, jelas harus jantan. Kemudian, karena bakalan perkutut tersebut diidentikkan dengan piyik, sedangkan kriteria piyik dalam perkutut sendiri dikategorikan mulai burung baru menetas sampai berumur lima bulan, maka untuk membeli bakalan di masing-masing umur diperlukan pengetahuan dan perhatian sendiri-sendiri. Jadi, dalam membeli bakalan perkutut kita bisa membeli piyik mulai yang baru menetas (berumur beberapa hari) sampai burung mulai menampakkan suara aslinya ketika burung berumur lima bulan.
Para pembeli perkutut, baik untuk didengar suaranya maupun untuk lomba, pasti memilih perkutut jantan. Perkutut jantan mempunyai suara nyaring, tekanan bas pada suaranya besar, dan power-nya besar sehingga kalau berbunyi akan terdengar lantang dan stabil. Bagi penggemar perkutut yang masih baru dan awam tentang perkutut, agak sulit untuk membedakan antara perkutut jantan dan betina. Apalagi kalau membelinya masih dalam tahap bakalan.
Untuk membedakan perkutut jantan dan betina, bisa dilakukan dengan melihat supit (tulang di bawah dubur). Kalau supit tersebut rapat atau hampir bersentuhan, bisa dipastikan jantan. Sebaliknya kalau jarak tulang supit tersebut lebar (sekitar 1 cm atau seukuran jari tangan), berarti betina. Cara ini baru bisa digunakan setelah piyik menginjak umur empat bulan. Sebelum umur empat bulan supit pada piyik jantan relatif renggang sehingga penggemar perkutut yang awam akan kesulitan menentukan bakalan jantan dengan cara ini.
Setelah bakalan berumur empat bulan, apalagi kalau sudah di atas enam bulan, secara alami supit jantan akan menyempit sehinga mudah membedakannya dengan yang betina. Selain itu perkutut jantan yang sudah menjelang dewasa juga bisa diketahui dari bentuk bola mata, bentuk kepala, bentuk fisik dan suara. Bola mata perkutut jantan tampak lebih menonjol denga sorot mata yang tajam, sedangkan yang betina tampak sayu dengan sorot mata lemah. Kepala perkutut jantan berukuran lebih besar dan agak bulat, sedangkan yang betina lebih kecil dan agak lonjong. Ukuran fisik tubuh juga demikian, yang jantan biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang betina. suara juga demikian, suara perkutut jantan lebih keras dibandingkan yang betina.
Walaupun kita telah mengetahui bahwa perkutut tersebut jantan, tetapi tidak ada salahnya kalau kita melihat lagi kesempurnaan supitnya. Supit perkutut dikatakan sempurna kalau panjangnya sama dan letaknya sejajar. Perlu diketahui bahwa tidak jarang ditemukan perkutut jantan yang mempunyai supit panjang sebelah (salah satu lebih pendek dan letaknya kurang sejajar). Perkutut dengan ciri demikian walaupun suaranya bagus umunya kurang disukai penggemar karena dianggap cacat dalam katuranggan, ada cacat dalam tubuhnya.
Bakalan perkutut yang baru berumur beberapa hari (masih di bawah umur satu bulan) sulit diketahui baik atau tidak. Oleh karena itu, penggemar perkutut jarang yang membeli perkutut pada umur ini. Membeli perkutut yang berumur di bawah satu bulan mempunyai resiko gambling cukup tinggi kecuali kalau sudah diketahui pasangan induk di kandang tersebut telah dikenal sering melahirkan juara. Tidak jarang anakan yang baru menetas langsung dibeli jika dari kandang tersebut sering lahir perkutut juara. Dengan demikian, pembeli lain yang menginginkan anakan dari kandang tersebut harus memesan terlebih dahulu. Dalam dunia perkutut juga ada istilah inden atau booking untuk mendapatkan piyik.
Penggemar perkutut banyak yang memesan anakan perkutut pada peternak yang telah punya nama karena ada jaminan kualitas. Bahkan, untuk menjamin nama baik bird farm-nya ada peternak yang bersedia menukar kalau burung yang kita beli ternyata kualitasnya jelek. Salah satu cara yang aman dalam membeli anakan perkutut yang baru lahir dan belum berbunyi adalah membeli dari peternakan yang sudah dikenal sering melahirkan perkutut juara. Kalau kita membeli piyik dari peternakan yang sering melahirkan juara, kita bisa mengetahui silsilah (garis keturunan) induknya. Kalau induknya bagus dan sering melahirkan anakan juara, bisa dipastikan anakan selanjutnya mempunyai kualitas yang tidak jauh berbeda dengan kakak-kakaknya. Namun untuk membeli burung yang demikian selain harganya cukup tinggi, kita harus antre.
Bila mau lebih yakin lagi kita bisa membeli bakalan yang berumur antara 1-1,5 bulan. Pada umur tersebut bunyi burung masih dalam bentuk suara angin. Bagi penggemar yang paham, dari suara tersebut sudah bisa diperkirakan suara dewasanya. Jika yang keluar bunyi pess-pess-pes, bisa dipastikan burung tersebut nantinya bersuara engkel atau jalan tiga. Kalau pess-pess-pess-pess, diperkirakan tumpang sari atau dobel. Kalau suara piyik tersebut terdengar pess-pess-pess…pess..pess, diperkirakan burung tersebut nantinya bersuara dobel, tumpang sari, atau engkel. Oleh karena itu perlu kejelian dalam mendengarkan panjang pendeknya suara angin sehingga dapat diketahui pess mana yang menjadi suara tengah dan yang mana suara belakang. Kalau masih ragu dengan kemampuan memilih, sebaiknya ditunggu sampai burung berumur 1,5-2 bulan. Pada umur ini suara angin yang dimiliki piyik akan berganti dengan suara perkutut yang lebih jelas walaupun masih belum menunjukkan suara asli perkutut dewasa.
Bakalan dewasa banyak dijual dipeternakan , show room, atau pasar burung. Di tempat ini diperdagangkan bakalan dewasa dengan berbagai macam harga, jenis dan kualitas. Untuk membeli bakalan dewasa, sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri terlebih dahulu, apakah perkutut tersebut kita pelihara hanya didengar kungnya saja atau untuk diturunkan di arena konkurs perkutut. Kalau cuma mau dipelihara hanya untuk petetan saja kita bisa mampir diperdagang yang jual perkutut pada tingkat harga antara Rp. 25.000,00 – Rp. 50.000,00 per ekor. Perkutut yang murah tersebut umumnya ditempatkan secara bergerombol dalam kotak besar ( ranji ). Perkutut yang berada dikelas bawah tersebut kebanyakan hasil tangkapan dari alam, produk peternakan lokal, atau silangan burung lokal dengan burung sortiran Bangkok.
Membedakan antara burung tangkapan dari alam ( hasil jaringan ) dan hasil penangkaran cukup mudah. Hasil tangkapandari alam biasanya kakinya tidak bercincin, sedangkan hasil penangkaran umunya bercincin. Karena harganya murah, biasanya penjual tidak mau menjamin perkutut tersebut bersuara bagus. Perlu diketahui, sebelum dimasukkan ranji, pedagang telah menyeleksi burung-burung tersebut. Burung yang bersuaranya agak bagus biasanya langsung disangkarkan tersendiri, dan dijual dengan harga lebih tinggi. tidak jarang burung hasil seleksi tersebut kemudian dipasangi cincin untuk meyakinkan pada calon pembeli bahwa burung tersebut hasil penangkaran. Untuk itu, sebelum membeli burung perkutut sebaiknya kita mengetahui beda antara burung lokal dengan hasil silangan perkutut Bangkok. Bila suara kungnya mantap dan terasa ada tekanan yang tinggi, burung tersebut merupakan hasil silangan dengan perkutut Bangkok atau burung Import. kalau Kungnya datar atau ampang, jelas burung tersebut burung lokal.
Ciri burung lokal lain bila diperhatikan lebih teliti akan semakin tampak. Misalnya bulu mata agak kasar dan pada bola matanya terlihat seperti ada ring berwarna putih yang bisa membesar dan mengecil. Mata perkutut lokal agak besar sedangkan perkutut Bangkok tampak lebih sipit. perkutut lokal biasanya berbadan kurus sedangkan perkutut bangkok atau hasil silangan biasanya lebih gemuk. Khusus perkutut lokal asal Nusa Tenggara justru paling mudah dikenali. pelupuk matanya memiliki ring berwarna kuning, bulu tubuh tampak hijau agak gelap dan kakinya terlihat lebih hitam.
Hampir semua peternak Lokal maupun Import memberikan cincin pada kaki perkutut hasil tangkarannya. Hal itu untuk memberikan tanda asal peternakan mana, kelahiran keberapa, dan keturunan siapa burung tersebut. Dengan demikian, kalau sewaktu-waktu mau merunut induknya, bisa mengetahuinya dari cincin tersebut. Bagi peternak lokal, pemberian cincin tidak lepas dari himbauan P3SI ( Persatuan Penggemar Perkutut Seluruh Indonesia ) agar ternak lokal memberikan cincin pada perkutut hasil tangkarannya agar bisa diketahui bahwa perkutut tersebut hasil tangkaran, bukan hasil tangkapan dari alam. Untuk peternakan besar, biasanya silsilah sangat diperhatikan. Setiap anakan yang dijual biasanya disertai dengan Sertifikat.
Cincin tidak menjamin kalau burung tersebut hasil tangkaran peternak. Sekarang ini banyak pedagang atau bahkan peternak yang mencoba memalsu cincin burung hasil tangkarannya dengan cincin yang berkode peternakan terkenal yang sering melahirkan burung juara. Mengetahui begitu berartinya sebuah cincin yang melingkar dikaki perkutut, sampai-sampai muncul istilah cincin palsu atau jual beli cincin. Munculnya kasus pemalsuan cincin tersebut tidak lepas dari keinginan peternak atau pedagang yang ingin meniru kesuksesan peternak lain. Misalakan saja perkutut milik si A di arena konkurs selalu menyabet juara akan lumrah bila para penggemar perkutut akan berbondong-bondong ke peternakan A utnuk memesan saudara atau turunan perkutut yang juara tadi. Karena banyaknya pesanan, biasanya harga saudara atau turunan perkutut juara tadi akan melambung tinggi. Tingginya harga perkutut tersebut tidak jarang digunakan aji mumpung oleh peternak itu. Misalnya ia membeli burung milik peternak lain yang kualitasnya lebih rendah dan harganya lebih miring, kemudian peternak tersebut memasang ring atas nama peternakannya agar burung tersebut tampak sebagai hasil tangkaran peternakannya. burung ini kemudian dijual dengan harga yang tinggi setaraf dengan keturunan perkutut juara tadi. penggemar perkutut sendiri sulit membedakan apakh burung tersebut asli anakan dari indukan yang melahirkan anakan juara atau anakan perkutut lain karena cincin yang terpasang tersebut asli dari peternakan bersangkutan. Oleh karena itu membeli anakan perkutut juara, dipeternakan besar perlu hati-hati dan perlu meminta jaminan keaslian dari peternaknya.
Untuk mengetahui apakah cincin yang melingkar dikaki perkutut asli atau tidak, tidak terlalu sulit. Kalau asli, cincin tersebut sulit dilepas karena agak ngepress dengan kaki. kalau burung sudah berusia 1 bulan, cincin asli susah dilepas. kalau dipaksa dilepas atau dipasang akan membuat burung yang bersangkutan cedera. Oleh karena itu, pemasangan cincin atau ring asli biasanya dilakukan sebelum piyik perkutut berumur 15 hari. Lebih dari itu sudah susah karena jari kaki piyik akan tumbuh membesar secara cepat. Mengingat cincin tersebut mudah dipesan, belakangan muncul cincin yang berukuran sedikit agak besar. Cincin semacam inilah biasanya digunakan untuk memalsu burung-burung kelas bawah agar tampak bagaikan burung kelas atas.
Ukuran cincin yang bisa dibongkar pasang pada kaki perkutut biasanya berdiameter agak besar, dikenal dengan ukuran 44. Cincin tersebut bisa dikeluar masukkan pada pergelangan kaki perkutut walaupun burung sudah dewasa. cincin asli diameternya lebih kecil, dikenal dengan ukuran 41.

Perkutut Cut Ring
Dalam komunitas penggemar perkutut ada istilah Cut ring, artinya perkutut yang memang sengaja tidak dipasangi cincin atau dilepas cincinnya. Perkutut Cut ring tersebut bisa hasil silangan lokal maupun produk silangan import. mengapa harus di Cut Ring ? Ada beberapa alasan dari peternak terkenal mengapa harus menjual burungnya harus dengan melepas cincin. Hal itu untuk menjaga kredibilitas dari peternak. Perlu diketahui bahwa peternak besar tiap bulan bisa menetaskan ratusan piyik. Piyik-piyik tersebut tidak semuanya baik, pasti ada yang jelek ( tersortir ). Sebelum melepas piyik atau bakalan ke pembeli biasanya peternak melakukan sortir. Dari ratusan ekor biasanya hanya 10 % yang tergolong bakal istimewa. Sortiran itu harus dilempar ke pasaran. Di situlah campur aduk, ada bakaln yang termasuk kategori bagus, sedang, dan jeblok. agar tidak diketahui nama peternakannya, biasanya peternak yang sudah terkenal sebelum menjual burung sortiran terlebih dahulu melepas cincin dari kaki perkutut. Lagi pula peternak merasa sayang kalau sortirannya dibuang percuma. Lebih baik dijual di pasaran, namun jelas tidak mungkin melempar sortiran lengkap dengan cincin karena bisa menjadi bumerang bagi peternakan tersebut.
Praktek pelepasan perkutut sortiran dipasaran ini bukan cuma dilakukan oleh peternak lokal saja, melainkan juga peternak-peternak top di Bangkok. Kemana perkutut-perkutut sortiran dilempar ? ternyata peternakan terkenal di Bangkok banyak melempar sortirannya ke Indonesia. Hal itu dikarenakan pasar perkutut paling besar adalah Indonesia. Walaupun perkutut Cut Ring merupakan burung sortiran, bukan berarti bahwa semua burung yang di sortir jelek sebab kemungkinan untuk ” meledak ” di konkurs masih ada, apalagi kalau sortiran tersebut dari peternakan terkenal. Seperti diketahui, penyortiran perkutut tersebut dilakukan oleh peternak setelah burung tersebut melewati masa ngurak ( brodol dulu ) yang pertama atau usia burung antara 4 – 5 bulan. Mengapa demikian ? Sebelum ngurak burung sulit diramalkan suaranya. Bisa saja pada saat piyik suaranya menandakan baik, tetapi setelah ngurak malah jeblok. Begitu juga sebaliknya. Tidak sedikit bakalan pada saat piyik suaranya kurang baik ternyata setelah melewati masa ngurak justru lebih baik. Oleh karena itu, selepas masa ngurak baru bisa diketahui apakah suara perkutut baik atau tidak.
Burung yang tidak baik inilah yang kemudian di Cut Ring. namun, bukan berarti yang Cut ring pasti jelek. Tidak jarang para penggemar yang paham pada perkutut justru lebih suka membeli perkutut Cut Ring dari peternakan terkenal. Dengan bekal pengetahuan dan keahlian merawat, penggemar tersebut bisa memilih bakalan yang nantinya bisa meledak di arena konkurs setelah dirawatnya.
Cut Ring sendiri bukan identik dengan burung berkualitas rendah karena banyak pula penggemar perkutut yang mempunyai burung juara justru dilepas ringnya untuk merahasiakan indukkannya maupun asal usul peternakannya. hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar pemilik indukannya tidak tahu kalau hasil tangkarannya menjadi juara. Dengan demikian, pemilik burung juara tadi bisa tetap membeli saudara sedarah dari perkutut juara tersebut secara terus menerus dengan harga yang relatip murah. Maksud lain melepas ring pada burung juara adalah agar penggemar lain tidak berbondong-bondong menyerbu peternakan asal perkutut juara tadi untuk memesan saudara yang sedarah dari perkutut juara jadi, kalau sampai banyak penggemar yang mengetahui asal usul dari burung juara tadi, umumnya para penggemar perkutut dari berbagai daerah menyerbu ke peternakan asal burung juara sehingga terjadilah booking maupun inden yang berkepanjangan.
Bagi penangkar, jika hasil tangkarannya menjadi juara dan banyak pemesan yang datang bisa dipastikan akan menaikkan harga burungnya menjadi puluhan kali lipat dari harga sebelumnya. Dengan dasar itulah bisa disimpulkan bahwa belum tentu perkutut yang di Cut Ring adalah perkutut kelas rendah. Apalagi kalau perkutut tersebut di jual di peternakan atau show room bergengsi dengan harga ratusan ribu sampai jutaan rupiah, bisa dipastikan perkutut tersebut berkualitas baik.
Katuranggan Perkutut
Selama ini dalam dunia perkutut ada istilah katuranggan yang merupakan penggabungan dari dua istilah Jawa katur dan angga. Katur dalam bahasa Jawa berarti pemberitahuan dan angga berarti tubuh. Jadi, katuranggan berarti pemberitahuan atau pengetahuan tentang bentuk tubuh. Dalam membeli perkutut para penggemar perkutut tidak bisa lepas dari katuranggan. Terlebih lagi kalau perkutut yang bakal dibeli tersebut harganya sampai jutaan rupiah, pasti calon pembeli sangat memperhatikan katuranggan. Dari katuranggan bisa diramalkan suara dan titik klimaks suara perkutut. Oleh karena itu, biasanya calon pembeli minta izin pada penjual agar diperbolehkan memegang burung yang akan dibeli. Izin memegang ini maksudnya untuk mengetahui apakah katuranggan burung tersebut sempurna atau tidak.
Selama ini patokan yang dijadikan katuranggan ada beberapa hal, misalnya bentuk kepala, paruh, badan, dan ekor. Patokan tersebut adalah sebagai berikut :
* Perkutut yang bentuk kepalanya bulat lonjong seperti buah jambe diperkirakan mampu mengeluarkan suara yang bagus dan maksimal. Burung yang mempunyai bentuk kepala demikian diperkirakan kemerduan suaranya dapat bertahan sampai tua. Oleh karena itu, kepala demikian termasuk kategori terbaik.
* Perkutut yang bentuk kepalanya mbeton nongko (seperti biji nangka) diperkirakan mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan bisa bertahan sampai tua. Namun, kemerduan suara tersebut jarang yang mencapai maksimal.
* Perkutut yang bentuk kepalanya bulat seperti mata uang diperkirakan mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan akan terus meningkat sampai burung tersebut berumur 24 tahun. Selebihnya suaranya akan menurun.
* Perkutut yang bentuk paruhnya ngepel (seperti buah burahol), bentuk badan ngontong (seperti kuncup bunga pisang), dan dipadu dengan ekor yang meruncing, bisa diperkirakan mempunyai suara tengah yang cukup jelas dan bersih. Burung dengan ciri-ciri seperti ini termasuk burung yang paling baik.
* Perkutut yang bentuk paruhnya nggabah (seperti butiran padi), bentuk badan seperti buah nangka , dan ekornya agak panjang dengan bagian belakang agak tumpul diperkirakan bersuara tengah baik. Burung dengan ciri ini termasuk kategori baik.
* Burung yang bentuk paruhnya mapah gedhang (seperti pelepah pisang), bentuk badan mbluluk (seperti buah kelapa muda), dan ekornya pendek meruncing, diperkirakan suara tengahnya cukup baik. Burung dengan ciri seperti ini termasuk kategori cukup baik.
Walaupun sudah ada petunjuk atau ramalan dari katuranggan, tetapi akan lebih baik lagi kalau kita tetap memperhitungkan kesempurnaan dari bentuk fisik lainnya, misalnya badan sehat dan tidak ada yang cacat di antara bagian tubuhnya. Bentuk dada dipilih yang bidang. Dada yang bidang menunjukkan kalau tubuh burung tersebut baik dan mempunyai kantung suara yang baik juga sehingga suara yang dikeluarkannya kebanyakan juga baik
Persyaratan anggota badan lain yang menjadikan burung tergolong kategori baik adalah leher yang panjang dengan bagian tenggorokan agak besar, mata cerah pandangan tajam, serta kaki ramping dengan sisik teratur dan mengkilat.
Konkurs Perkutut
Konkurs merupakan wujud pengukuran keindahan suara perkutut hasil peternakan, pemeliharaan, dan perawatan. Konkurs diselenggarakan oleh P3SI. Pelaksanaannya ada beberapa tingkat yang disesuaikan dengan lingkupnya. Penyelengaraan konkurs perkutut diatur oleh P3SI ( Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia ). Organisasi ini bersifat Non politik dan non komersial. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan antara lain menghimpun para pelestari perkutut dalam satu wadah organisasi yang teratur, menyebarluaskan kecintaan seni suara perkutut, mengembangkan ilmu pengetahuan perkutut (termasuk peternakan, pelestarian, dan penjurian ), menanamkan rasa setia kawan san semangat gotong royong di antara penggemar perkutut, serta menyelenggarakan konkurs perkutut secara berkala dan teratur.
Kedudukan pengurus pusat P3SI di ibukota ( Jakarta ). Pengurus pusat membentuk koordinator wilayah ( Korwil ) pada setiap propinsi, kordinator daerah ( Korda ) pada setiap kotamadya dan kabupaten, serta Sub-korda di setiap kecamatan.
Pelaksanaan konkurs perkutut meliputi tata cara penyelenggaraan, tata cara penjurian, dan sistem penilaian suara perkutut. Keseluruhannya dihimpun dalam satu ketetapan, yaitu Tata cara konkurs dan penjurian P3SI. Jenjang konkurs menurut pedoman P3SI dibedakan 4 tingkat, yaitu lokal, regional, besar dan nasional.
Konkurs lokal dilaksanakan oleh Sub-korda. Penyelenggaraanya dianjurkan sebanyak mungkin. Konkurs ini bersifat penggalakan karena diutamakan untuk memberi peluang kepada perkutut baru yang belum terlatih. Diharapkan setelah mengikuti konkurs lokal, nantinya dapat ikut serta dalam konkurs regional, besar, dan nasional. Bagi anggota atau penggemar perkutut baru dan penggemar berekonomi lemah, ajang ini merupakan kesempatan yang bagus untuk latihan bagi perkututnya. Dalam konkurs ini, jumlah kerekan yang dipasang bebas, tidak dibatasi, sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Konkurs regional adalah konkurs yang diselenggarakan untuk memperebutkan kejuaraan daerah, seperti piala Bupati, piala Walikota, maupun piala HUT Kota setempat. Konkurs ini diselenggarakan oleh Korda. Dalam pelaksanaan konkurs regional, arena lomba berupa lapangan terbuka, berbentuk blok persegi empat, (5 X 5 atau 5 X 6 m). Tinggi kerekan 7-7,5m. Jarak antar kerekan 4-5 m. Penilaian dipertanggung-jawabkan oleh 3 atau 4 juri penilai yang terdiri dari 2 koordinator juri, 2 atau 1 orang dewan juri. Juri tersebut dibantu oleh penancap bendera yang jumlahnya 4 orang atau sesuai kebutuhan. Perkutut yang dilombakan disebut berbunyi dan mulai diberi nilai bila telah berbunyi berturut-turut sedikitnya 5 kali.
Konkurs Besar adalah konkurs yang diselenggarakan untuk memperebutkan kejuaraan wilayah yang dikaitkan dengan peringatan hari-hari besar nasional, seperti HUT RI, Hari Pahlawan, Hari Kesaktian Pancasila. Konkurs ini dibedakan dua jenis, yaitu konkurs besar terjadwal dan konkurs besar atas permintaan Korwil P3SI. Dalam Penyelenggaraannya, lapangan dibagi dalam blok persegi empat berukuran 5 m X 5 m atau 6 m X 6 m. Tinggi kerekan 7 – 7,5 m dengan jarak antar kerekan 4 – 5 m. Jumlah kerekan disesuaikan dengan kebutuhan. Penilaian dipertanggung-jawabkan oleh 4 orang juri penilai, 2 koordinator juri, 1-2 orang dewan juri, dan 4 orang pembantu penancap bendera. Syarat burung mulai diberi nilai adalah setelah burung berbunyi berturut-turut sedikitnya 8 kali.
Konkurs Nasional dilaksanakan untuk memperebutkan kejuaraan tingkat nasional, seperti perebutan piala kejuaraan nasional P3SI (Kejurnas), piala hari ulang tahun P3SI dan piala Hari Lingkungan Hidup. Masing-masing konkurs tersebut dilakukan setahun sekali. Sebagai pelaksanaannya yaitu Korda-Korda yang jadwalnya digilir. Subkorda tidak dibenarkan sebagai pelaksana. Konkurs Nasional maksimal terdiri 144 kerekan. Bentuk tiap-tiap blok berupa persegi empat (5 X 5 atau 6 X 6 m). Tinggi kerekan 7 – 7,5 m. Jarak antar kerekan 4-5 m. Penilaian dipertanggung jawabkan oleh 4 orang juri penilai, 2 orang koordinator juri, 2 orang dewan juri, dan 2 orang pembantu penancap bendera. Syarat burung berbunyi dan mulai diberi nilai setelah berturut-turut berbunyi sedikitnya 8 kali. Burung perkutut yang telah mendapatkan juara nasional maupun juara besar tidak dibenarkan untuk diikutsertakan dalam kejuaraan konkurs lokal. Dengan adanya perbedaan ketentuan-ketentuan pada tiap-tiap konkurs, rasa bangga pemilik burungpun akan berbeda-beda bila burungnya mendapat juara.
Berdasarkan usia dan prestasi perkutut yang disertakan, konkurs perkutut dibedakan atas 3 kelas, yaitu konkurs piyik, yunior, dan senior. Konkurs piyik pada umumnya digelar pada hari Sabtu sore, menjelang lomba konkurs senior atau yunior yang berlangsung pada esok pagi harinya. Dengan demikian, konkurs piyik telah berkembang menjadi konkurs sore. Kelemahan konkurs sore untuk piyik adalah banyak piyik yang terkena stress karena kondisi fisik yang belum sekuat perkutut dewasa. selama ini, belum ada aturan baku untuk konkurs piyik. Bunyi piyik tak mungkin gacor seperti perkutut dewasa yang mampu berbunyi sampai 5-6 kali berturut-turut. Paling banter kemampuan piyik hanya berbunyi 2-3 kali saja.
Makna Bendera Koncer
Suara perkutut baru dinilai setelah memperoleh bendera tanda bunyi. Untuk membedakan burung yang bunyi di babak pertama, kedua, ketiga, dan keempat, warna bendera yang diberikan berbeda-beda. Untuk babak pertama, biasanya bendera segitiga yang diberikan berwarna putih, sedangkan untuk babak kedua merah, babak ketiga hijau, dan babak keempat kuning.
Setelah mendapat bendera tanda bunyi, juri terus memantau perkembangan suara perkutut. Kalau layak ditingkatkan, juri akan memberitahukan pada penancap bendera untuk memberikan bendera koncer satu warna yang berukuran lebih besar dibandingkan bendera tanda bunyi. Bendera koncer satu warna (hijau) ini sebagai pertanda bahwa burung tersebut sudah mendapat nilai 42.
Burung yang gacor (bunyi terus) dan bunyinya makin lama semakin bagus, nilainya dapat ditambah, tetapi harus menunggu burung itu berbunyi sampai empat kali berturut-turut. Apabila telah layak nilainya dinaikkan, bendera koncer satu warna dicabut, diganti bendera koncer dua warna (hijau di bagian bawah dan kuning di atasnya). Bendera ini berarti nilainya naik menjadi 42,5. Untuk menambah bendera dua warna menjadi tiga warna (merah, kuning, hijau) yang berarti jumlah nilainya 43, tidak bisa diputuskan oleh seorang juri penilai saja. Prosedur penilaiannya sebagai berikut :
* Burung telah berbunyi sekurang-kurangnya delapan kali berturut-turut dan semua unsur suara yang masuk dalam kategori penilaian harus terpenuhi. Bunyinya tanpa salah dan pembagiannya pas, hal ini menyangkut aspek suara depan, tengah, dan ujung.
* Juri penilai mengusulkan kepada koordinator juri agar ikut mendengarkan suaranya.
* Koordinator membubuhkan paraf persetujuan dalam lembar penilaian.
Apabila burung bersangkutan layak dinaikkan nilainya, koordinator juri segera memerintahkan petugas untuk mencabut bendera koncer dua warna dan menggantinya dengan bendera koncer tiga warna (hijau, kuning, biru). Dengan demikian nilainya menjadi 43.
Bendera koncer bisa ditambahkan menjadi empat warna, asalkan kualitas burung masih layak untuk diberi nilai lebih tinggi. Bendera koncer empat warna (putih, merah, kuning, dan hijau) dilengkapi dengan gombyok kecil pada bagian atasnya. Bendera ini menandakan total nilai yang diraih 43,5. Pemberian bendera empat warna berikut gombyok kecil melalui prosedur sebagai berikut :
* Burung telah delapan kali manggung berturut-turut tanpa salah dan memenuhi syarat keindahan.
* Diusulkan oleh juri atau koordinator kepada koordinator lain atau ketua (dewan) juri.
* Penilaiannya disetujui oleh dua orang koordinator atau seorang koordinator dan ketua juri.
Bendera lima warna merupakan bendera empat warna (putih, merah, kuning, dan hijau) dengan gombyok besar. Burung yang mendapat bendera ini berarti memperoleh nilai 44. Burung dengan kualitas yang pas-pasan sulit memperoleh bendera lima warna. Untuk mendapatkan bendera ini, burung harus memenuhi syarat yaitu ; gacor 10 kali berturut-turut tanpa salah dan disetujui oleh seorang juri dan dua orang koordinator.
Bendera koncer lima warna dengan gombyok besar dua warna di bagian atas hanya bisa diraih oleh burung yang sudah lolos dengan meraih bendera lima warna dengan gombyok besar satu warna. Bendera koncer lima waran dengan gombyok besar dua warna diberikan bila jumlah nilai yang diperoleh 44,5. Bendera ini hanya akan diraih oleh beberapa ekor burung saja, terutama di babak ketiga atau di babak keempat saja. Bendera lima warna plus ini bisa diraih bila; burung berbunyi sepuluh kali berturut-turut tanpa salah dan diusulkan oleh koordinator juri serta ketua dewan juri menyertakan tanda tangannya sebagai pengesahan.
Bendera yang paling istimewa adalah bendera koncer lima warna dengan gombyok besar dua warna dan satu bola ping pong di atasnya. Burung yang mendapat bendera ini benar-benar istimewa karena mempunyai nilai bulat 45. Pemberian total nilai 45 ini sangat jarang terjadi sebab bendera istimewa ini hanya diberikan untuk burung yang sudah lolos meraih nilai 44,5. Nilai tertinggi ini masih layak naik setengah poin lagi sehingga menjadi 45. Masing-masing unsur penilaian, yaitu suara depan, tengah, ujung, kualitas suara, dan iramanya, memperoleh nilai 9 (nilai maksimal). Apabila dalam perhitungan terakhir terjadi nilai draw (sama), misalnya sama-sama bernilai 44, tugas para perumus yang berhak menentukan juaranya. Berdasarkan peraturan P3SI, pemenangnya adalah burung yang memiliki backing nilai tambah dibandingkan lawannya. Misalnya, burung A pernah menyabet nilai 44,5 di babak kedua, sedangkan di babak lainnya kurang dari angka tersebut. Adapun burung B tidak pernah menyabet nilai setinggi itu selama 4 babak lomba. Walaupun total nilai empat babak dibagi rata jumlahnya sama (44), burung A ditetapkan sebagai juaranya.
Tanda-tanda Penghargaan
Pemenang dalam konkurs berhak mendapat tanda penghargaan yang berupa piala/trophy, medali, dan piagam penghargaan. Tanda-tanda penghargaan bagi tiap jenjang konkurs dibedakan sebagai berikut :
* Untuk Konkurs Nasional, sebuah piala/trophy bergilir dan 30 buah piala/trophy tetap. Sekurang-kurangnya 5 buah medali emas 22 karat, masing-masing seberat 5 gram, 3 gram, dan 2 gram. Piagam pemenang dari pengurus pusat P3SI.
* Untuk Konkurs Besar, sebuah piala bergilir dan 30 piala/trophy tetap. Sekurang-kurangnya 3 buah medali emas 22 karat, masing-masing seberat 5 gram, 3 gram, dan 2 gram. Piagam pemenang dari pengurus Korwil P3SI setempat.
* Untuk Konkurs Regional, 30 puluh buah piala/trophy tetap. Piagam pemenang dari pengurus Korda P3SI setempat.
* Untuk Konkurs Lokal, Piala/Trophy atau hadiah lainnya yang dapat diatur menurut kemampuan dan kondisi Korda/Sub-Korda P3SI setempat. Piagam penghargaan dan pengurus Korda P3SI setempat.

Tips dan info lain:

1. Jika burung perkutut jantan untuk penangkaran tidak juga manggung gacor merayu betina meski secara umum terlihat sehat atau burung betina tidak juga matang kelamin meski sudah berusia di atas 7 bulan; atau telor-telor burung tidak isi dan karenanya tidak bisa menetas, kita perlu memastikan bahwa si jantan bisa memproduksi sperma yang “berisi” dan kesehatan reproduksi betina benar-benar maksimal. Kalau kita ragu bagaimana caranya, pastikan saja kita menggunakan Bird Mature (klik saja).
Selama kondisi alat-alat reproduksi dalam keadaan normal, Bird Mature sudah terbukti meningkatkan kesempurnaan proses reproduksi burung-burung penangkaran. Tidak hanya kenari, tetapi semua jenis burung.
2. Jika burung-burung anakan dari penangkaran kita gampang mati, atau kakinya sering pengkor, lembek, karena daya tahan tubuh secara umum lemah, kita perlu memastikan bahwa indukannya mengonsumsi Bird Mineral. (klik saja)
Bird Mineral tidak hanya bagus untuk anakan tetapi juga indukan karena Bird Mineral menjadikan bulu kuat, mulus, berkilau sehabis molting atau ngurak alias mabung; burung tidak terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); bebas paralysa (lumpuh); bebas perosis (tumit bengkak); menjadikan anak burung menetas sehat; burung tidak mengalami urat keting (tendo); burung tidak terlepas sendinya, tidak tercerai (luxatio); paruh tidak meleset, tidak kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; burung di penangkaran bisa segera bertelur, telur berisi, produktivitas tinggi, daya tetas tinggi; kematian embrio rendah.
3. Jika Anda masih bingung juga bagaimana cara menangkar burung yang baik, Hubungi saja dengan 087878-266-819 yang memberi layanan premium konsultasi perawatan dan penangkaran burung. Bagaimana?

(Sumber : Om Kicau).